Kantor
Mail Address :
Perumahan Taman Laguna, Ruko No. 112
Jl. Alternatif Cibubur
Bekasi 17435
(+62 21) 8459-0227
(+62 21) 8459-0227
sekretariat@gpmt.id
Eceng gondok dikenal sebagai gulma yang sering menjadi masalah pada perairan umum seperti waduk. Seiring berjalannya waktu khususya di Waduk Cirata Jawa Barat, populasi eceng gondok yang terus tumbuh dan merajalela hingga menyelimuti hampir seluruh perairan waduk. Kondisi ini mengancam aktivitas usaha budidaya Keramba Jaring Apung(KJA) ikan. Yang lebih mengkhawatirkan, diWaduk Cirata, penyebaran tanaman air tersebut sudah mulai masuk wilayah turbin Pembangkit Listrik Tenaga Air(PLTA). Jika dibiarkan, bisa dipastikan akan mengganggu turbin penghasil listrik terbesar di Jawa Barat.
Prihatin dengan masalah itu, Asosiasi Produsen Pakan Indonesia (GPMT) tidak tinggal diam. Sebagai mitra lebih dari1.500 pembudidaya, GPMT ikut mendukung memberantas gulma waduk itu dengan berbagai cara. Setelah beberapa waktu lalu mengadakan kegiatan rutin tahunan Bersih Cirata Lestari (BCL),kali ini GPMT menindaklanjutinya dengan menggelar pelatihan pembuatan pakan mandiri di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi (16/6).
Pelatihan ini digelar bagi anggota Masyarakat Peduli Cirata(MPC) dan perwakilan Badan Pengelola Waduk Cirata (BPWC). Sebanyak 10 orang yang terdiri dari 5 orang perwakilan MPC, 3 orang perwakilan BPWC, serta 2 orang perwakilan dari GPMT serius mengikuti pelatihan selama 2 hari ini.
Para peserta dilatih oleh Herry, peneliti bagian nutrisi pakan ikan BBPBAT Sukabumi yang berhasil memanfaatkan eceng gondok menjadi tepung berkualitas. Pada hari pertama, para peserta diberikan materi mengenai ilmu pakan mulai dari kandungan nutrisi hingga cara membuat pakan dari berbagai bahan baku lokal, salah satunya adalah eceng gondok. Selanjutnya, pada hari kedua dilakukan praktik pembuatan pelet ikan berkualitas dengan bahan baku eceng gondok.
Respon Positif
Asep Sulaiman, Ketua MPC merespon positif langkah yang diambil GPMT dengan menggelar pelatihan pakan memanfaatkan bahan baku eceng gondok. Menurutnya, keresahan masyarakat pembudidaya telah lama dirasakan. Akibat eceng gondok yang merajalela itu, produksi ikan merosot sehingga penghasilan juga turut anjlok. Di Indonesia, lanjutnya, eceng gondok menjadi kendala hampir di semua danau dan waduk. “Tentunya ini adalah langkah awalyang sangat positif untuk kami bisa berbenah. Sekarang tinggal bagaimana kita meyakinkan masyarakat bahwa tepung eceng gondok ini bagus untuk ikan lalu mengajak mereka bersama-sama memanfaatkan teknologi pakan murah ini,”tuturnya.
Anang Hermanta, Ketua Divisi Pakan Ternak GPMT mengatakan, kegiatan pelatihan ini merupakan bentuk kepedulian industri pakan terhadap keberlanjutan usaha budidaya di Waduk Cirata dan sekitarnya. “Kita sebagai pebisnis pakan ingin usaha budidaya ini terus berkelanjutan, maka perlu dilakukan upaya untuk tetap menjaga kualitas lingkungan dan air serta keberlangsungan usaha masyarakat agar tetap untung,” ujar Anang.
Di lain pihak, Rushadi, mewakili Kepala BBPBAT Sukabumi juga menyambut positif acara itu. Ia mengucapkan terima kasih dan mengapresiasi langkah GPMT yang telah menginisiasi pelatihan ini. Menurutnya, pelatihan ini merupakan awal yang baik untuk menyejahterakan masyarakat di kawasan waduk Cirata, terutama para pembudidaya. “Ini adalah langkah awal untuk menuju cita-cita yang besar. Judul besarnya adalah menciptakan pakan murah berkualitas,”ujar Rushadi.
Rushadi sangat yakin, dengan potensinya yang sudah terlihat cukup baik, bisa jadi eceng gondok tersebut menjadi komoditas yang menarik untuk meraup keuntungan. “Kalau sudah terlihat memiliki nilai ekonomis, maka pembudidaya dan masyarakat akan berebut untuk mengangkat eceng gondok dari perairan. Itu adalah hal yang sangat positif untuk kelangsungan usaha bersama. Mudah-mudahan kedepan bisa benar-benar dikembangkan dengan baik,” tandasnya.
Potensi Eceng Gondok
Diungkapkan Edy Permana, dari divisi Akuakultur GPMT, pada acara BCL belum lama ini, GPMT telah mengangkat gulma eceng gondok itu tidak kurang dari 8.000 karung. Potensi eceng gondok di waduk Cirata dinilai kian prospektif melihat keadaan kedepan menurutnya semakin sulit mendapatkan dedak halus lantaran konversi lahan pertanian yang semakin banyak. “Kita tahu bahwa sawah-sawah sekarang sudah berubah menjadi perumahan, sedangkan dedak menjadi bahan baku utama pabrik pakan. Maka ini menjadi peluang yang sangat bagus baik untuk produsen pakan maupun pakan mandiri. Kita akan bekerjasama juga dengan agen-agen pakan di daerah Cirata karena mereka mempunyai kedekatan dengan pengguna yang sangat kuat,” ujar Edy.
Dijelaskan oleh Herry, pemanfaatan eceng gondok menjadi tepung itu adalah terobosan teknologi yang murah, praktis, berkualitas, dan berkelanjutan.
Herry yakin potensi eceng gondok sebagai bahan baku Pakan sangat bagus dan bisa dijalankan dengan baik.
Selain mudah dan tersedia melimpah, keunggulan harga yang murah menjadi pertimbangan penting dan daya saing tersendiri dari tepung eceng gondok. Berdasarkan hitung-hitungan yang dilakukan Herry, tepung eceng gondok unggul pada dua aspek, yaitu harganya sangat murah dan tidak bersaing dengan kebutuhan manusia.
Ia menjelaskan, harga satu kilogram tepung eceng gondok jauh lebih murah dibandingkan dengan bekatul yaitu Rp 1.000/kg untuk eceng gondok dan Rp 3.000 untuk bekatul. Sehingga jika dikonversikan pada pakan jadi, satu kilogram pelet harga yang di dapat hanya sekitar Rp 4 ribu, jauh lebih murah dibandingkan pakan pabrikan yang harganya ada pada kisaran Rp 7 ribu – 8 ribu/ kg. “Hal itu sangat positif untuk memberantas gulma pada lingkungan perairan juga murah sehingga dapat menekan production cost, ”ungkap Herry.
Peran Industri Pakan
Anang Hermanta menilai, adanya terobosan yang dilakukan itu dinilai sangat prospektif. Bila kandungan nutrisi dari tepung eceng gondok sesuai kebutuhan pabrik, setidaknya bisa dijadikan sebagai bahan substitusi pengganti dedak. “Keperluan bahan pakan ke depan terus meningkat, tidak cukup hanya mengandalkan bahan yang ada sekarang, maka perlu terobosan baru seperti ini,” papar Anang.
Setelah melihat adanya pengaruh positif hasil ujicoba yang telah dilakukan di BBPBAT Sukabumi, GPMT berencana mempelajari lebih dalam mengenai tepung eceng gondok di masing-masing pabrik anggota GPMT. Sementara ini, kata Anang, GPMT terus mendorong pembudidaya untuk menjadikannya tepung dengan tujuan untuk mengangkat eceng gondok tersebut dari perairan agar tidak mengganggu aktivitas budidaya ikan dan juga turbin.
Jadi, lanjutnya, GPMT bekerjasama dengan MPC atau para pembudidaya untuk mengangkat eceng gondok dari perairan dan sekaligus dimanfaatkan sebagai tepung. GPMT memberikan bantuan berupa mesin pembuat tepung kepada MPC agar dapat digunakan sebagai ladang usaha dan juga menjadi contoh bagi masyarakat sekitarnya. Anggota GPMT akan menyerap tepung eceng gondok bila tepung tersebut memenuhi beberapa kriteria antara lain kandungan nutrisi, kualitas, harga, dan volumenya.
Anang berharap, kedepan eceng gondok benar-benar bisa bernilai ekonomis dan bisa dimanfaatkan secara luas baik untuk pakan ikan maupun pakan ternak lainnya. Selain itu, ia juga berharap agar tepung asal gulma itu bisa di produksi secara massal sehingga bisa disuplai ke feedmill atau ke farm-farm ternak.