Program Organisasi

Kantor

Mail Address :
Perumahan Taman Laguna, Ruko No. 112
Jl. Alternatif Cibubur
Bekasi 17435
          (+62 21) 8459-0227
          (+62 21) 8459-0227
          gpmt_pusat@yahoo.com

Outlook Perikanan 2021 – 18 Maret 2021

Awal tahun 2020 menjadi momentum besar bagi masyarakat global dengan merebaknya penyakit covid-19. Masa pandemi penyakit yang menyambangi hampir seluruh negara ini pun memberikan dampak besar bagi semua lini tak terkecuali akuakultur atau budidaya perikanan. Pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar ( PSBB ) pada masa awal pandemi covid-19, sempat membuat gelombang kepanikan di banyak sektor usaha. Industri pengolahan perikanan juga tidak luput dari dampat tersebut, ada yang sempat mengurangi dan bahkan menyetop produksinya.

Isu seperti ini tak ayal memicu efek domino pada industri pendukungnya, salah satunya industri tambak udang sebagai pemasok bahan baku. Namun beruntungnya kepanikan ini tidak berjalan lama, pabrik pengolahan ikan bisa kembali aktif beroperasi. Perjalanan logistik yang sempat diperketat di awal-awal pandemi mendapat pengecualian bagi logistik pengangkut hasil perikanan. Sehingga pengirimana hasil panen untuk bahan baku pabrik bisa berjalan dengan normal. Khusus untuk komoditi udang diluar dugaan sepanjang tahun 2020 terjadi peningkatan ekspor yang cukup fantastis.

Data ekspor udang Indonesia tahun 2020 berdasarkan data KKP menunjukan perkembangan yang menggembirakan, walaupun pasar food service yang menyerap komoditi udang mengalami penurunan yang drastis akibat pandemi covid-19. Dengan kondisi seperti ini eksportir udang dengan cepat melakukan switching ke pasar retail luar negeri sehingga nilai ekspor udang Indonesia mengalami kenaikan 35% ditahun 2020. Komoditias udang mengambil porsi sekitar 40% dari total nilai ekspor perikanan Indonesia.

Meski demikian ada beberapa komoditas perikanan akuakultur yang mengalami tekanan dengan adanya pandemi covid-19 seprti lele dan gurame. Terkait hal ini, untuk melihat kondisi pasar yang terjadi dimasa pandemi covid-19 dan untuk melihat peluang, tantangan dan hambatan yang ada untuk produk akuakultur GPMT bersama Majalah Trobos mengadakan Outlook Perikanan 2021 dengan tema “ Reposisi Perikanan Akuakultur Indonesia di Kancah Dunia “ secara virtual melalui aplikasi zoom.

Outlook perikanan ini dibuka oleh  Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan ( KKP ) – Slamet Soebjakto yang mengatakan subsektor perikanan budidaya mendapat perhatian dari Presiden Joko Widodo untuk meningkatkan seluruh potensi yang dimiliki. Akuakultur Indonesia memiliki sejumlah komoditas unggulan di pasar ekspor. Produk ekspor yang menjadi fokus KKP di antaranya udang, lobster, dan rumput laut. Udang dipilih menjadi komoditas prioritas karena memiliki volume ekspor yang cukup tinggi. Data menunjukkan ekspor udang Indonesia sebesar 239 ribu ton dengan nilai transaksi 2,04 miliar dolar AS.

Kontribusi udang Indonesia tercatat 7,15 % dari total ekspor dunia. Saat ini Indonesia merupakan produsen udang terbesar di dunia setelah China. Dijelaskan bahwa saat ini akuakultur menjadi kekuatan pembangunan kelautan dan perikanan di Indonesia. Pemerintah juga sedang mendorong pengembangan kampung budidaya yang berbasis pada kearifan lokal. Kita ketahui sebagai negara maritim sumber daya ikan kita sangat pesat tetapi bila dieksploitasi secara terus menerus tanpa mempertimbangkan keberlanjutan maka untuk mengembalikan diperlukan upaya yang tidak kecil dan waktu yang tidak sebentar.

Sebelumnya, Menteri KKP – Sakti Wahyu Trenggono menargetkan volume ekspor udang bisa naik 3 kali lipat atau lebih dari 250 % hingga tahun 2024. Menurutnya, sasaran ekspor komoditas ini diutamakan ke Amerika Serikat ( AS ) hingga China. KKP akan memfasilitasi pengembangan shrimp estate yakni sistem budidaya dengan skala intensif, dengan target produksi berkisar 40 ton perhektare dalam setahun. Ditempat yang sama, Ketua Umum Masyarakat Akuakultur Indonesia ( MAI ) – Prof. Rokhmin Dahuri mengatakan bahwa pembangunan, investasi, dan bisnis di sektor perikanan budidaya ( aquaculture ) dari hulu sampai hilir akan tetap cerah ( bright, prospective ) pada 2021 dan 2022. Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB tersebut menerangkan bahwa pada 2020, volume ekspor tertinggi yakni komoditas Udang, dari tahun sebelumnya yang tertinggi rumput laut. Saat ini jelas kinerja perikanan budidaya dapat dilihat dari sisi produktivitas, tingkat pemanfaatan ( produksi/potensi ), keuntungan usaha budidaya, daya saing, inklusivitas ( keadilan ), dan keberlanjutan ( sustainability ). 

Adapun kebijakan dan program pembangunan yang harus dilakukan oleh pemerintah dalam mendongkrak kinerja subsektor perikanan budidaya ada tiga yakni Revitalisasi, Ekstensifikasi, dan Diversifikasi. Indonesia harus melaksanakan program revitalisasi, diversifikasi, dan ekstensifikasi usaha perikanan budidaya di wilayah perairan laut ( mariculture ), perairan payau atau tambak ( coastal aquaculture ), dan perairan darat. Program revitalisasi bertujuan untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi, daya saing, inklusivitas, dan keberlanjutan setiap unit usaha perikanan budidaya yang ada.

Program diversifikasi mengandung arti mengembangkan usaha perikanan budidaya dengan spesies baru, seperti udang jerbung, udang rostris, ikan cobia, rajungan, gonggong, teripang, lobster air tawar, dan invertebrata.  Program ini sangat penting untuk memenuhi permintaan terhadap komoditas dan produk akuakultur yang terus meningkat.  

Program ekstensifikasi berarti mengembangkan usaha akuakultur di daerah dan wilayah baru.  Komoditas unggulan untuk program ekstensifikasi di wilayah perairan laut antara lain adalah: kakap putih, beberapa jenis kerapu, bawal bintang, lobster, teripang, beberapa jenis rumput laut, dan kerang mutiara. Supaya produktif, efisien, berdaya saing, dan mensejahterakan secara berkelanjutan, semua usaha perikanan budidaya, baik melalui program revitalisasi, diversifikasi, maupun ekstensifikasi harus memenuhi skala ekonominya. Selain itu, menerapkan Best Aquaculture Practices ( Cara-Cara Budidaya Terbaik ).

Pemerintah harus benar-benar all out menjadikan perikanan budidaya sebagai sektor unggulan dan penggerak ekonomi nasional selain sektor lainnya berupa kebijakan yang mendukung usaha budidaya dari hulu ke hilir.

Sumber : AP5I